Perbedaan Arsitektur Monolithic dan Microservices

Perbedaan Arsitektur Monolithic dan Microservices

Monolithic dan Microservices merupakan dua pendekatan arsitektur untuk merancang dan membangun aplikasi perangkat lunak.

Arsitektur Monolithic

Arsitektur Monolithic merupakan pola arsitektur merancang dan mengembangkan aplikasi sebagai satu kesatuan.

Misalnya, dalam aplikasi terdapat frontend, API, services, load balancer, dan database. Jika anda membangun semuanya bersama-sama dan menerapkannya di dalam server, maka anda menggunakan arsitektur Monolithic.

Kepan Menggunakan Arsitektur Monolithic ?

Arsitektur Monolithic secara umum cocok digunakan pada aplikasi skala kecil atau skenario khusus di mana kesederhanaan dan pengembangan cepat diprioritaskan daripada skalabilitas dan fleksibilitas.

Berikut ini beberapa situasi yang cocok menggunakan arsitektur Monolithic.

  • Aplikasi dengan skala kecil hingga menengah yang memiliki requirements yang relatif sederhana dan tidak memerluka skabilitas ekstensif atau penerapan terdistribusi.
  • Arsitektur Monolithic dapat bermanfaat selama tahap awal pengembangan ketika memprioritaskan kecepatan dan waktu yang cepat untuk memenuhi kebutuhan dasar pelanggan (Minimum Viable Product)
  • Terbatasnya tim deveolper dan sumber daya, sehingga dengan menerapkan Arsitektur Monolithic dapat membantu mengurangi kompleksitas pengelolaan dan koordinasa beberapa layanan.
  • Arsitektur Monolithic bermanfaat ketika aplikasi memerluka pemrosesan sinkron atau interaksi secara real-time anatar komonen, karena menghilangkan overhead pada komunikasi jaringan.

Arsitektur Microservices

Arsitektur Microservices merupakan pendekatan arsitektrual untuk membangun dan menerapkan aplikasi perangkat lunak yang melibatkan penguraian aplikasi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Hal tersebut dapat dikembangkan, diterapkan, dan dipelihara secara terpisah.

Meskipun ada banyak manfaat menggukana Microservices, akan tetapi terdapat beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan ketika memulai menggunakan Arsitektur Microservices.

Kapan Menggunakan Arsitektur Microservices ?

Berikut ini beberapa situasi yang cocok menggunakan arsitektur Microservices.

  • Ketika aplikasi anda kompleks dan memerlukan skalabilitas, maka sangat cocok menerapkan arsitektur microservices. Karena dapat dibagi menjadi bagian kecil dan dapat diterapkan secara independen yang dapat diskalakan secara individual berdasarkan permintaan.
  • Arsitektur Microservices memungkinkan penggunaan berbagai teknologi, bahasa pemrograman, dan kerangka kerja untuk berbagai layanan.
  • Arsitektur Microservices selaras dengan prinsip Desain Berbasis Domain (DDD), di mana setiap layanan microservices mewakili bisnis tertentu. Sehingga dapat memungkinkan tim untuk fokus pada domain tertentu dan mengembangkan layanan yang selaras dengan persyaratan bisnis.

Perbandingan Monolithic dan Microservices

Berikut ini merupakan perbandingan arsitektur dengan perspektif berbeda.

Perbandingan Arsitektur Aplikasi

Monolithic memiliki struktur yang sederhana dari satu unit yang tidak terbagi. Berbeda dengan Microservices yang memiliki struktur kompleks yang terdiri dari berbagai layanan.

Perbandingan Skalabilitas

Penskalaan aplikasi monolithic biasanya melibatkan pensekalaan seluruh aplikasi, meskipun hanya komponen tertentu yang memerlukan sumber daya tambahan.

Sedangkan microservices menawarkan skalabilitas yang lebih terperinci, memungkinkan layanan individu untuk diskalakan secara independen berdasarkan permintaan..

Perbandingan Deployment

Monolithic melakukan deployment pada seluruh aplikasi ke dalam satu server atau kumpulan server.

Sedangkan microservices diterapkan sebagai entitas terpisah dan dapat berjalan di server atau wadah yang berbeda.

Kesimpulan

Pada artikel diatas sudah dijelaskan perbedaan antara Arsitektur Monolithic dan Microservices.

Secara keseluruhan, pemilihan antara Arsitektur Monolithic dan Microservices tergantung pada faktor seperti kompleksitas aplikasi, requirement aplikasi, ukuran tim developer, dan rencana pertumbuhan di masa mendatang.

Arsitektur Monolithic lebih sederhana dan cocok untuk aplikasi dengan skala kecil, sedangkan Arsitektur Microservices memberikan lebih banyak fleksibilitas dan skalabilitas untuk aplikasi dengan skala besar dan kompleks.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top