Perbedaan Docker dan Virtual Machine menjadi topik penting dalam dunia pengembangan perangkat lunak dan infrastruktur IT modern. Kedua teknologi ini sering digunakan untuk menjalankan aplikasi secara terisolasi.
Meskipun keduanya memungkinkan pengembang untuk mengemas dan menjalankan aplikasi dalam lingkungan yang terpisah dari sistem utama, perbedaan mendasar terletak pada cara kerja, efisiensi, serta tujuan penggunaannya.
Memahami perbedaan ini sangat penting bagi para pengembang maupun tim IT dalam menentukan solusi yang paling sesuai untuk kebutuhan proyek mereka.
1. Arsitektur
Virtual Machine menggunakan hypervisor untuk menjalankan sistem operasi lengkap di atas hardware fisik atau host OS. Setiap VM memiliki OS tersendiri, sehingga memerlukan lebih banyak sumber daya seperti CPU, RAM, dan storage.
Contohnya, jika Anda ingin menjalankan 3 aplikasi dalam 3 VM, maka Anda akan membutuhkan 3 OS yang berjalan secara bersamaan.
Docker, di sisi lain, menggunakan konsep containerization. Aplikasi dan dependensinya dikemas dalam sebuah container yang berjalan langsung di atas sistem operasi host, menggunakan engine Docker.
Karena tidak memerlukan OS tambahan di setiap container, Docker lebih ringan dan cepat dalam memulai aplikasi.
2. Performa dan Efisiensi
Docker memiliki keunggulan signifikan dalam hal performa dibandingkan Virtual Machine. Container Docker bisa berjalan dalam hitungan detik karena tidak perlu mem-boot sistem operasi seperti pada VM.
Selain itu, penggunaan sumber daya juga lebih efisien karena Docker berbagi kernel dengan host OS.
Virtual Machine membutuhkan waktu lebih lama untuk memulai karena harus menjalankan OS terlebih dahulu.
Selain itu, karena setiap VM membawa sistem operasi sendiri, penggunaan memori dan penyimpanan juga lebih besar.
3. Isolasi
Dalam hal isolasi, Virtual Machine memberikan isolasi yang lebih kuat. Karena setiap VM menjalankan OS-nya sendiri, gangguan atau kegagalan pada satu VM tidak akan langsung memengaruhi VM lain.
Hal ini membuat VM cocok untuk menjalankan aplikasi yang membutuhkan keamanan tingkat tinggi atau sistem operasi yang berbeda.
Docker juga menawarkan isolasi, namun berada di level aplikasi dan proses. Meskipun cukup aman untuk banyak kebutuhan, container masih berbagi kernel yang sama, sehingga dalam beberapa kasus, potensi risiko keamanan bisa lebih besar dibanding VM.
4. Kemudahan Penggunaan dan Portabilitas
Docker dirancang untuk membuat proses pengembangan dan deployment aplikasi menjadi lebih cepat dan konsisten. Container dapat dijalankan di berbagai lingkungan tanpa harus khawatir tentang perbedaan konfigurasi sistem.
Hal ini membuat Docker sangat populer dalam praktik DevOps dan Continuous Integration/Delivery (CI/CD).
Sementara itu, Virtual Machine lebih cocok untuk menjalankan aplikasi warisan (legacy applications) atau sistem yang memerlukan OS tertentu.
Kesimpulan
Docker dan Virtual Machine memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Docker unggul dalam hal efisiensi, kecepatan, dan portabilitas, sementara Virtual Machine lebih kuat dalam hal isolasi dan fleksibilitas sistem operasi.
Pemilihan antara Docker dan VM tergantung pada kebutuhan spesifik proyek Anda—apakah Anda butuh lingkungan ringan dan cepat untuk pengembangan, atau sistem yang lebih terisolasi dan stabil untuk produksi skala besar.